Tour To Kendari
4-6
oktober 2013
Slipform Rider Community.
Penulis : Yelmus Samaili
Kali ini saya akan menuliskan tentang perjalanan/ tour ke
kendari dengan slipform rider community.
Touring terjadi diluar perencanaan, dimana kami mengerjakan
sebuah proyek di sengkang’, tepatnya di desa patila, kabupaten wajo, sulsel,
berbentuk power plant. Selama proses design dan konstruksi, sangat menyita
tenaga dan pikiran, nah, untuk itulah kami berpikir untuk melakukan rileksasi
dengan mengadakan perjalanan motor.
Ide ini pertama kali
muncul saat saya berdua dengan bro Lalu melakukan kunjungan kerja ke
Patila-sengkang tempat dimana proyek itu di bangun. Saya berdua didalam mobil,
ditengah jalan tiba-tiba beliau mengajukan pertanyaan katanya: “ ayo kita berdua touring ke Lombok?”.. saya
menjawabnya “ ayo, pakai apa?”… bro lalu kemudian menjawab “ pakai motor”. Saya
pun bingung, kan dia ngak punya motor.
Beberapa saat kemudian
hal ini saya sampaikan pula ke Bro agung, jawabnya “ serius?” , dia juga ngak
punya motor. Sedangkan saya kebetulan dari sejak tahun 2011 sudah memiliki CBR
250R.
Akhirnya, bro Agung dan Bro Lalu pun membeli kendaraan yang
sama dengan saya dengan versi yang lebih tinggi , repsol Honda ABS system, demi
untuk melakukan touring.
Setelah motor mereka ada, kami melakukan perjalanan
kecil-kecilan, ke bili-bili, malino dan sengkang’ untuk melatih perjalanan jauh
nantinya.
Berbagai persiapan pun dilakukan, dari estimasi anggaran,
logo, stiker, spanduk, baju dan stempel, semua sudah dilakukan untuk touring
ini. Lombok adalah tujuan utama dari touring awal.
Akan tetapi, seiring waktu dan situasi dan kondisi, akhirnya
diputuskan untuk merubah tujuan dari touring yaitu kendari. Hal ini terpaksa
dilakukan karena waktu untuk ke lombok minimal 6 hari, biaya juga sangat tinggi
sedangkan persiapan sangat singkat.
Dibukalah pendaftaran dengan maksimal peserta 12 orang,
semua karyawan PT.Slipform Indonesia.
Peta Perjalanan Touring
Estimasi perjalanan normal sesuai dengan peta berkisar : 762
km untuk pergi-pulang termasuk dengan perjalanan laut. Sedangkan khusus
perjalanan darat dengan motor 442km
pergi-pulang.
Waktu tempuh perjalanan untuk normal, sengkang’-bajoe : 1
jam. Kolaka-kendari 3 jam.
Tujuan tour : kendari.
Sekilas tentang
kendari:
Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki luas 296,00 km² (29.600 Ha) dan berpenduduk 200.474
jiwa (2000)[1].
Dalam
tulisan Sejarah Kota Kendari yang dikarang oleh Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M.Pd,
(beliau S1 pend.Sejarah, S2 dan S3 jurusan pendidikan luar
sekolah), disebutkan bahwa nama Kandari telah ditemukan dalam tahun 1926,
kemudian dalam kata pengantar Wali Kota dan Ketua DPR pada saat itu memperkuat
pendapat mereka, dan yang memberi nama adalah orang-orang Belanda. (Lihat
Sejarah Kota Kendari, Bandung: Humaniora, tahun 2006 hlm. 30). Maupun
karya-karya seperti Prof. Dr. Abdurrauf Tarimana, dan Prof. Dr. Rustam
Tamburaka).
Menulis
sejarah bukan masalah guru besar tetapi harus dibekali dengan metodologi
sejarah, filsafat sejarah, dan terutama kemampuan membaca sumber-sumber sejarah
berkaitan dengan language sources terutama Bahasa Belanda. Evidensi ini
merupakan kesalahan fatal dan menyesatkan. Beberapa tulisan tersebut di atas
sifatnya melegenda, dan anakronisme tidak berdasarkan urut-urutan waktu.
Setiap
generasi dapat menuliskan sejarahnya, karena sejarah adalah dialog tanpa akhir.
Sejarah bisa ditulis ulang jika seorang sejarawan menemukan fakta baru berupa
sumber-sumber baru atau interpretasi baru. Mereka harus siap dikritik karena
itulah ciri orang ilmiah bersifat terbuka, dan ilmu bersifat relativitas atau
memiliki keterbatasan.
Berikut
sejarah penamaan Kandari atau Kendari diberikan oleh orang-orang Portugis dan
sudah ada sejak abad ke-16. Sumber yang menjelaskan hal tersebut berasal dari
laporan Controleur Kendari bernama L. Fontjine dalam tulisannya berjudul
“Adatstaatsinstellingen van Indonesische Rechtgemeenschappen” bahwa penyebutan
istilah Raja, Hadat, dan Laiwui sebenarnya bukan berasal dari daerah ini dan
pada masa itu tidak terdapat istilah-istilah ini. Hal ini menjadi jelas bahwa
istilah ini diperkenalkan dan dipergunakan oleh wakil pemerintah Hindia
Belanda.
Nama
Laiwui menjadi muncul disini oleh karena menurut sebuah cerita berasal dari
ketidaktahuan orang-orang Portugis dan penduduk pribumi. Pada saat itu orang
Portugis menanyakan nama daratan ini kepada penduduk dan penduduk mengira bahwa
orang Portugis menanyakan dimanakah terdapat air minum?-maka dijawab dengan
“Laiwui” yang berarti “banyak terdapat air”.
Sejak
itulah maka daratan ini oleh orang-orang asing disebut dengan nama Laiwui.
Lihat juga tulisan J. Paulus “Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, Leiden:
Martinus Nijhoff, 1917, menjelaskan tentang nama Laiwoi dan Kendari. Fakta ini
diperkuat bukti dalam tulisan Jasper dalam laporan perjalanannya dari teluk
Kendari ke teluk Lasolo tahun 1926.
Pada
permulaan abad ke-15 pada saat bangsa Portugis berlayar kearah timur mencari
kepulauan Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya, mereka singgah di
teluk Kendari tersebut. Pada saat perlawatannya ke daerah ini mereka bertemu
orang yang membawa rakit yang terbuat dari bambu dengan menggunakan dayung
panjang. Orang Portugis tersebut segera mendekati simpembawa rakit, kemudian
menanyakan nama kampung yang mereka singgahi. Orang yang ditanya tersebut
mengira bahwa portugis itu menanyakan apa yang sementara dikerjakannya,
sehingga langsung dijawab Kandai yang artinya dayung atau (mekandai)
mendayung.
Jawaban
orang tersebut dicatat oleh orang Portugis sebagai pertanda bahwa kampung yang
mereka masuki itu bernama Kandari. Akhirnya nama Kandai menjadi Kendari akibat
penulisan. Sebagai contoh nama Mekongga dalam naskah Lagaligo disebut Mengkoka
sedangkan dalam naskah lontarak Luwu disebutkan Mingkoka, dan dalam beberapa
tulisan maupun laporan Belanda, Jerman menuliskan dengan nama Mingkoka,
Bangkoka, Bingkoka. (Lihat Basrin Melamba, Kota pelabuhan Kolaka di Kawasan
Teluk Bone,1906-1942, 2010). Bandingkan dengan penulisan nama Magelang,
Surabaya, Pontianak, Pekalongan, Buton, dan beberapa nama kota lama di
nusantara.
Dalam
peta VOC daerah ini sudah dikenal sebagai daerah Laiwoi. Pasca penandatangan
Perjanjian Bongaya, pada abad ke-17 dan 18, daerah ini sudah disebutkan Laiwui
dengan kedudukanya di Kendari sebagai Vassal of Luwu atau dicaplok oleh Luwu
sebagai bagian dari kekuasaannya. (Lihat Jan M. Pluvier, Historical Atlas of
South-East Asia, E. J. Brill, Leiden-New York-Koln, 1995), tetapi dalam
kenyataannya Luwu tidak secara utuh menguasai daerah ini, meskipun dalam
sejarah Konawe diakui bahwa Luwu pernah melaksanakan ekspedisi ke daerah ini
pada masa pemerintahan Mokole Lakidende bergelar Sangia Ngginoburu abad
ke-17.(lihat Baden, 1925)
Peserta touring to Kendari:
Hari Pertama, 3 oktober
2013.
Bro Pur tiba dari Makassar tengah
hari dan mempersiapkan kendaraannya, mengikat tas pada motor dan mengecek semua
kondisi kendaraan. Sejak kedatangan Bro Pur, aroma touring mulai terasa, yang
membuat banyak karyawan PTSI jadi tertarik dan ingin ikut touring bersama. Akan
tetapi, sesuai dengan permintaan awal hanya dibatasi dengan 12 personil saja.
Jadwal kapal
untuk penyeberangan jam 17 wita. Karena bro Lalu harus menunggu sampai start up
steam turbine selesai, sehingga keberangkan khusus dia harus diundur waktunya
untuk ke bajoe, tempat letak pelabuhan penyeberangan. Untuk menemani bro Lalu,
akhirnya saya tinggal untuk nantinya bersama-sama ke bajoe menyusul teman-teman.
Akhirnya untuk
kepelabuhan dibagi menjadi 2 kelompok, 10 orang start pertama dan 2 orang start
berikutnya. Kelompok pertama berkumpul dahulu di rumah bro Firman yang berada di
jalan besar yang rencananya akan di briefing dan dipimpin oleh bro Pur. Satu-satu
bikers keluar pabrik agar tidak menimbulkan gangguan. Pada saat bro Pur akan keluar dan memundurkan
motornya, tiba-tiba ada kerusakan terdeteksi, kebetulan yang melihatnya bro
Cudding, salah satu karyawan PTSI. Sangat beruntung melihatnya segera, jika
tidak bisa menimbukan kecelakaan di jalanan. Ternyata baut pegangan dari kampas
rem motonya lepas dan akan menggangu system pengereman. Segera diperbaiki
ditempat itu, yang beruntungya lagi memiliki alat untuk membuat baut
penggantinya.
Rupanya,
bikers lain yang berada dirumah Bro firman, Khawatir dan tidak sabar lagi untuk
segera melakukan perjalanan ke Bajoe, berhubung harus melapor ke pihak
penyeberangan untuk kepastiannya. Mereka kemudian menelpon saya, dan saya
katakan berangkat saja, jangan lupa safe riding.
Mereka kemudian
berakat pukul 2.30, Nah rupanya
disini sebuah kesalahan yang kami lakukan, di group pertama semua bikers baru
pertama kali jalan berombongan, tidak dilakukan briefing dan pengarahan teknik
berkendara, walaupun buku panduannya sudah saya berikan. Bro Pur sendiri
motornya blum selesai pada saat rombongan pertama berangkat dan dipimpin oleh
bro Agung.
Informasi dari
teman-teman, karena mereka semua baru, kecepatan juga tinggi, tidak teratur dan
akhirnya terjadi sebuah kecelakaan, dimana awalnya bro Andri nyaris menabrak
seorang ibu yang akan berbelok tanpa menghidupkan lampu weser, kemudian bro Aswar
yang berada dibelakang dari bro Andri,
tidak dapat menghindari dan akhirnya terjadi tabrakan.
Sementara saya, bro Lalu dan bro
Pur, berangkat ke Bajoe, pukul 3.10 dan dipimpin oleh bro Pur.
Memang
kecepatan kami cukup kencang demi untuk segera menyusul crew lain yang menunggu
di bajoe. Tidak banyak pemandangan yang bisa saya nikmati dalam perjalanan
sengkang’-bajoe karena kecepatan kami,
dan hanya menikmati tikungan dan sensasi kecepatan saja.
Beberapa kilometer sebelum kota
bone, di sebelah kanan jalan saya melihat kerumunan orang yang saya curigai ada
sebuah kecelakaan, sempat terpikir saat itu, jangan-jangan salah seorang biker
yang kecelakaan?, tapi karena saya tidak melihat motor mereka akhirnya saya
tetap meneruskan perjalanan. Waktu tempuh kami dari sengkang’-bajoe selama satu
jam. Akhirnya kami mendapati mereka di gerbang pelabuhan, yang ternyata
beberapa orang pergi mencari teman yang benar-benar kecelakan di tempat tadi
yang saya lihat.
Berpose sambil menunggu menjemput biker yang kecelakaan
Kira-kira 30
menit kemudian, bro Aswar yang mengalami
kecelakaan tadi pun sampai, dan menceritakan kronologis kejadiannya. Menurut
bro Andri, sebenarnya si ibu itu tidak masalah, motor juga bisa digunakan dan
tidak ada cedera serius, tapi preman yang ada disitu ngotot akhirnya cerita
jadi panjang, walau akhirnya urus masing-masing kendaraanya untuk diperbaiki.
Bro aswar dan motor ninjanya
Setelah istrirahat sejenak, kami
pun dipanggil untuk masuk kearah pelabuhan, dimana semua urusan tiket di urus
oleh bro Firman.
Banyak kejadian selama dipelabuhan ini, karena kapal delay
lagi sekitar 3 jam. Sambil menunggu, kami parkir motor sambil foto bareng di
parkiran.
Foto bareng di bajoe
Kira-kira
20 menit lamanya kami diparkiran ini, trus menuju kearah kapal, pada saat
hampir masuk kekapal kami disuruh keluar
kembali lagi karena akan diatur masuknya satu persatu dan inilah yang membuat
kapal terlambat berangkat. Bus bus dan truk muatan berat satu persatu masuk
kekapal.
SPG Rokok
Sambil menunggu antrian, eh ada spg rokok GG ,
akhirnya semua jadi korban, pada beli rokonya demi mendapatkan fotonya hehehe.
Kapal Menuju Kolaka
Kapal menuju kolaka.
Pukul 18.15, semua motor sudah
stay di kapal, tapi harus menunggu sampai semua mobil masuk. Dikapal, kami
menyewa tikar untuk tempat tidur kami, harganya 25 ribu per tikar, total tikat
4 buah.
Suasana dikapal.
Harga tiket kapal motor dan 1
orang , 200 ribu rupiah untuk sekali pergi.
Pukul 20.00, kapal akhirnya berlabuh
menuju kolaka di Sulawesi tenggara. Untuk kapal yang kami tempati saat ke
kolaka, sangat jauh berbeda dengan kapal saat kembali dari kolaka. Saat pergi
ini, kondiki kapal sudah tua, kecil dan isi kapal penuh dengan truk dan bus. Saat
mulai berjalan, sangat terasa ombaknya, walau Cuma kecil ombak, kapal begitu
goyang. Jika kita berjalan seperti orang yang mabuk, sangat tidak menyenangkan.
Beberapa teman
langsung tidur, karena pusing. Saya kemudian mengajak mereka main domino. Cuma akibatnya
kepala makin pusing, bahkan sampai ada yang muntah hehe.
Kapal sudah berjalan kira-kira 4 jam, dan tepat
berada di tengah lautan, wow.. ombak agak besar, kapal begitu goyang,
sampai-sampai mobil truk pengangkut barang harus diikat lagi dengan kuat agar
tidak bergoyang lebih.
Sabtu, 5 oktober 2013
Akhirnya,
setelah melewati 8 jam perjalanan yang
begitu berat, kami pun tiba di pelabuhan kolaka tepat pukul 4 subuh. Untuk turun pun harus antri, beberapa orang diantara
kami bisa lebih dahulu keluar dan menunggu di parkiran luar jalan
Pelabuhan Kolaka
Menunggu biker lain turun dari kapal
Kolaka-Kendari
Setelah
berembuk, kami akhirnya memutuskan untuk istrirahat sejenak di kolaka, mencari
warung untuk sekedar sarapan dan minum kopi. Sebelum keluar dari pelabuhan,
ternyata setiap kendaraan motor harus membayar 15ribu ke pos, tidak tahu untuk
apa, saying sekali banyak sekali pungutang, tapi fasilitas sangat tidak
memadai. Untuk urusan ini bro firman yang mengurusnya, kemudian kami beranjakan
mencari warung, dimana posisi saya di belakang road captain. Setelah keliling,
ternyata tidak ada warung ataupun pertamina yang buka jam segitu, sehingga kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan
ke kendari. Saat akan meninggalkan kendari, tepatnya di bundaran, tiba-tiba hp
saya bordering, ternyata dari bro lalu. Dia dan bro firman ketinggalan
dibelakang, dan saya menjemputnya di terminal dekat atm mandiri, sementara
rombongan lainnya telah menuju kendari. Setelah berjumpa dengan bro lalu dan
bro firman, kami mengeber motor untuk mengejar rombongan didepan. Setelah
berjalan meninggalkan kolaka kira kira 3 kilometer, kami berjumpa dengan
rombongan yang didepan karena mereka balik ke kolaka akibat 3 motor ninja 150cc
kehabisan bahan bakar. Itulah enaknya menggunakan motor 4 tak, lebih irit BBM.
Kami kembali kekolaka dan mendapati warung dan bensin eceran. Kami
beristirahat, isi bensin dan melakukan briefing untuk menuju ke kendari.
|
Hasilnya, segala petunjuk maupun informasi gerak tubuh sudah
dimengerti oleh semua bikers, dan Bro pur bertugas sebagai Road Captain dan
Foreder, saya sebagai closer dan sweeper.
Pukul 05.15, kami menuju kendari dengan rute Unaaha-kendari.
Jarak tempuh kolaka kendari 154
km. karena telah melakukan briefing, maka perjalanan kolaka-kendari lebih rapi,
batasan kecepatan dan susunan barisan pun sangat baik. Berkendara mulai
merasakan nikmatnya, setiap tikungan tidak merasakan khawatir lagi. Jarak
antara kendaraan pun cukup aman, walau kondisi masih gelap.
Setelah berjalan 1 jam, kami sampai di hutan pinus, dimana sebelum
sampai disini harus berbelok belok dan mendaki, kondisi jalan juga relative
bagus, walau ada di beberapa tempat
berlubang dan sedikit longsor.
Dihutan pinus ini, hawa udaranya dingin dan sejuk, polusi
udara kurang, sehingga kami bernafas sangat nikmat. Karunia Tuhan yang besar,
membawa kesehatan. Kami menikmati tikungan tikungan yang menyenangkan, walau
sedikit lelah akibat tidak tertidur semalam, tapi karena alamnya yang menggoda,
dimana cahaya sudah mulai Nampak, memacu kami untuk lebih bersemangat.
Maka tibalah kami dipemberhentian
untuk sekedar makan indomie dan minum kopi hangat sambil beristirahat dan
berfoto ria.
Foto Suasana di warung di hutan pinus
Berfoto di pinggir jalan dan warung
hutan pinus
Kurang lebih 30 menit kami berada
di sini dan melanjutkan perjalanan kira-kira pukul 6.45 wita. Badan terasa segar dan tidak merasakan lapar lagi
sejak habis makan, mendorong kami untuk bersemangat menaklukkan perjalanan ke
kendari. Medan awal setelah istirahat adalah jalan menurun dan berbelok-belok.
Masih dalam suasana yang sejuk dan dingin dimana matahari belum menampakkan
dirinya.
Formasi barisan masih tetap
teratur dan laju perjalanan juga masih stabil di kisarn 60 kpj. Menyusuri jalanan hutan pinus ini serasa
tiada bosannya, dengan pemandangan yang eksotis dan embun pagi masih terlihat,
membuat suasana begitu sempurna untuk dilalui.
Perjalanan dari hutan ke unaaha
kurang lebih 1 jam, memasuki kota unaaha, sepertinya kota ini belum ada
perubahan, sejak 3 tahun lalu saya lalui masih belum ada perubahan yang
berarti. Jalan-jalan masih banyak yang berlubang dan blum asri karena pepohonan
untuk pelindung matahari dan hijau masih sangat kurang.
Kami melanjutkan perjalanan, dengan
pemandangan rumah-rumah penduduk di sepanjang kiri-kanan jalan. Tidak
terdapat atau sangat kurang melihat
perkebunan, karena sambung menyambung rumah yang dilihat. 30 menit setelah
unaaha-konawe, kami sampai di tempat peristirahatan. Dimana di tempat ini
tersedia warung-warung yang berjejer rapih dengan hidangan utama jagung rebus.
Hemmm.. rasanya asik untuk di jadikan persinggahan karena juga menyediakan
dipan untuk tempat baring kalah merasah lelah.
Hampir sejam
kami disini untuk makan jagung dan minum the hangat, kemudian melanjutkan
perjalanan kekendari. Jarak tempuh ke kendari sekitar 60 kiloan lagi. Kurang
lebih sejam lah.
Menyusuri
jalan kekendari ini lebih di dominasi dengan pemandangan rumah, sepeti halnya dengan sebelumnya. Beberapa jalan juga
masih mengalami kerusakan tapi tidak banyak. Jalan berbelok akan tetapi masih
menyenangkan. Performa motor juga masih handal untuk dilalui, itulah hebatnya CBR hehe.. irit dan handal.
Memasuki gerbang selamat datang di kendari kira-kira
pukul 10.10 wita, kami pun singgah
sejenak untuk foto bersama, sekaligus menunggu jemputan dari HOTICK kendari.
Sesi foto di sini cukup lumayan banyak juga, akan tetapi
sedikit saja di tampilkan berhubung file nya nanti akan besar.
Akhirnya jemputan pun data, cukup kaget juga ternyata di
kawal oleh PM kendari, sebuah kejutan akhirnya.
Kami pun dikawal dan diarak menuju kendari, dengan pengawalan
mereka ternyata membuat suasana lebih hidup, Cuma, wahh mobil dan motor pada
minggir semua hehehe.
Kami pun tiba di warkop, lupa nama jalannya, sejenak kami
ngopi dan berkenalan dengan mereka.
Setelah mengobrol sejenak, bro Agung dan bro Lalu pergi untuk
memesan kamar, tepatnya di hotel Horizon kendari
Kamarnya relative bersih, parkiran luas. Harganya 390
ribu/nett. Rasa lelah segera akan di obati dengan tidur.
Sore itu aca menjadi seru, dan bro Agung sangat bersemangat
untuk segera memodif cbrnya hehe
Selepas itu kami pun melanjutkan makan malam di warung
moroseneng, lumayan lapar juga, jadi cukup lahap makannya.
Selepas makan malam, beberapa
teman kembali ketempat acara tadi, saya ke hotel untuk istirahat sejenak,
soalnya masih capek.
Kemudian kita melanjutkan
acara di pinggir pantai jalur dua, tampat favorit anak muda kendari untuk menghabiskan
malam minggunya.
Sampai jam 11 malam kami ditempat
ini, minum kopi, menyanyi karoke dan ngobrol. Beberapa komunitas datang dan kami
pun berkenalan, mulai dari Bison dan Thunder.
Ternyata bakat nyanyi bro firman, tapi lagu
dangdut rhoma irama hehehe… awalnya pura-pura serak, eh ternyata 3 lagu
langsung bawakan wkwkwk.. bro slamet
juga urut menyanyi di tempat ini.
Bro friman menyanyi sambil pakai safety
Setelah
acara ditempat ini, kami pun balik kehotel, dan acara bebas.. masing-masing pergi
dengan tujuannya sendiri-sendiri, tapi ada juga yang istirahat tidur.
Minggu, 6 oktober 2013.
Pagi
hari kami pun bangu, seperti rencana, jam 11 kami pun check out dari hotel.
Setelah melakukan persiapan2 untuk kembali, kami pun di jemput
kembali oleh HOTICK, memang luar biasa mereka, walau kami mempunyai acara
sendiri sebenarnya, tapi melihat jamuan dan persaudaraan mereka, kami pun
mengakui dan berterima kasih untuk
bantuan dan sambutan yang luar biasa.
Kami
di arak menuju warkop, sekedar untuk ngopi dan makan indomie, sekaligus
memberikan cinderamata.
Suasana begitu cair denga canda tawa. Lebih lagi ketika ketua
Hotick dan istri anaknya datang.
Sekali
lagi terima kasih buat HOTICK kendari.
Jam 14.00 kami pun balik dari kendari menuju kolaka, beberapa
bro-bro HOTICK mengantar kami sampai dibatas gerbang, dan ada juga seorang yang
sampai di warung jagung.
Perjalanan kembali tidak terlalu saya ulas karena relative sama
suasananya, hanya saja perjalanan kendari-kolaka pada siang hari. Sekali kami
singga untuk mengisi bahan bakar.
Kami pun singgah istirahat di hotan pinus yang lain, untuk
mengisi perut yang lapar, lagi-lagi indomie menu andalan.
Pukul 6 kami pun beranjak meninggalkan warung, dan tiba
dipelabuhan kolaka pukul 7 malam.
Selah urus sana-sini, akhirnya kami pun masuk kekapal..
Suasana sangat berbeda dengan kapal sebelumnya, bersih, tenang
dan rapih. Setelah memarkin kendaraan, kami pun menyewa tikar lagi 100ribu
untuk 3 tikar. Kami dapat tidur dengan nyeyak. Kapal berangkat menuju bajoe
pukul 9 malam.
Foto2 di perjalanan pulang tidak ditampilkan karena tidak tahu
filenya mungkin hilang.
Senin,7 oktober 2013.
Kapal
kami sampai di bajoe pukul 4 subuh, dan melanjutkan perjalanan ke sengkang’. Di
Bajoe kami akhirnya berpisah dengan bro Pur karena harus kemakassar. Saya pun menjadi Foreder untuk kesengkang.
Masih ada drama bahan bakar lagi di motor Ninja 150, dimana hampir habis BBM
mereka. Untungnya ada toko yang buka dan menjual bensin eceran, maka selamatlah
hehe.
Kami
pun sampai di patila sengkang’ pukul 6 pagi, kemudian disuguhi kopi oleh bro
firman yang menjadi tuan rumah.
Kami
pun bubar disitu.
Akhirnya, selamat menikmati ulasan ini, kita berjumpa pada ulasan touring
berikutnya
-----------------terima
kasih ----------------terima kasih---------------terima
kasih----------------------
Makassar, 23 oktober 2013.
Penulis,
yelmus samaili
Tidak ada komentar:
Posting Komentar